Latar
Belakang
Banyak
kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas tubuh.
Abnormalitas postur congenital atau didapat memengaruhi efisiensi sistem muscoloskletal, serta kesejajaran,
keseimbangan, dan penampilan tubuh.
Selama pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang
gerak. Abnormalitas postur
dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga membatasi
rentang gerak pada beberapa sendi, perawat mempertahankan rentang gerak
maksimum pada sendi yang tidak sakit.
Sebelum
melakukan semua tindakan yang berkenaan dengan mobilitas, perawat harus
melakukan dengan mobilitas, perawat harus melakukan persiapan termasuk mengkaji
kekuatan otot, mobilitas sendi pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi
ortorastik, toleransi aktifitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyaman, dan
kemampuan untuk mengikuti instruksi. Selain itu menyiapkan alat yang diperlukan
untuk melakukan mobilisasi (kursi roda, tongkat dll). Perawat juga harus
memahami prinsip mekanika tubuh dalam membantu pasien bermobilisasi. Ini
diperlukan untuk mempertahankan fungsi sendi dan muscoloskletal perawat.
MOBILITAS PASIEN
Kemampuan untuk merubah posisi tubuh penting untuk mempertahankan bentuk
tubuh yang normal. Postur yang buruk dapat menimbulkan masalah, seperti
lengkungan tulang punggung, dan dapat merusak fungsi paru. Posisi anggota badan
yang tidak tepat dapat menimbulkan kehilangan fungsi dan kontraktur.
Dalam keadaan pengarus anestesi, kontrol syaraf otot hilang dan posisi
anggota tubuh yang buruk mengarah pada kehilangan fungsi sementara, jika syaraf
terjepit. Penting sekali menyokong seluruh anggota tubuh di dukung sepenuhnya
dengan posisi netral.
Periode waktu yang lama dalam suatu posisi dapat merusak sirkulasi dan
syuplai syaraf,kecendrungan untuk timbulnya nyeri tekan jika pasien tidak dapat
merubah posisi sesuai dengan keinginanya, perawat bertanggung jawab untuk
melakukan hal tersebut padanya. Pengetahuan perawat terhadap macam-macam posisi
akan memungkinkannya untuk memilih posisi mana yang dapat membantu sebagian
besar pasien.
POSISI YANG DIGUNAKAN
DALAM PERAWATAN PASIEN
2.1 Posisi Fowler
Posisi fowler adalah
posisi dengan setengah duduk atau duduk. Pemberian posisi pasien di tempat
tidur memerlukan persiapan sebagai berikut: perawat perlu mengkaji kesejajaran
tubuh dan tingkat kenyamanan pasien, perawat harus menyiapkan alat dan bahan
(bantal, papan kaki, bantal pasir, retrein, pagar tempat tidur, dll) sehingga dapat mengistirahatkan punggung pada bantal
Tujuan:
1.
Mempertahankan kenyamanan
2.
Relaksasi
pada pasien
3.
Membantu pernafasan
Dilakukan:
1. Pada Pasien sesak napas(penyakit jantung, asma, dll)
2. Pada Pasien pasca bedah daerah thorak dan perut
Perhatian:
1. Keadaan umum pasien
2.
Bila
merosot segera dibetulkan
3. Pada pasien pasca bedah, di bawah lutut tidak diberi
guling/bantal
Alat
dan bahan
Penopang
dan bantal
Cara
yang ergonomis
1.
Cuci tangan
2.
Lakukan persiapan seperti disebut di
atas
3.
Tinggikan kepala tempat tidur dengan posisi 30o untuk semi fowler, 450-600
untuk fowler, dan 900 untuk high fowler.
4.
Topangkan kepala diatas tempat tidur
atau bantal kecil
5.
Gunakan bantal untuk menyokong lengan
dan tangan bila pasien tidak dapat mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat
menggunakan tangan dan lengan
6.
Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
7.
Tempatkan bantal kecil atau gulungan
handuk di bawah paha
8.
Tempatkan bantal kecil atau gulungan di
bawah pergelangan kaki
9.
Tempatkan papan kaki di dasar telapak
kaki pasien
10.
Turunkan tempat tidur
11.
Observasi posisi kesejajaran tubuh,
tingkat kenyamanan, titik potensi tekanan
12.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13.
Catat
prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien untuk bergerak, dan kenyamanan pasien.
FOWLER’S
POSITION_1
BED
FOR FOWLER’S POSITION
2.2 Posisi Sim
Pada posisi ini pasien
berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri, sebagian ke satu sisi dan ke depan-satu lengan di
depan, satu lengan flexi ke belakang-memberi kestabilan. Puncak lutut lebih
flexi dari yang lainnya. Pada pasien yang mengalami luka atau cedera di kaki
arthritis tidak diperbolehkan mengambil posisi ini.
Tujuan :
1. Memberi kenyamanan
2.
Memberikan
obat per anus(suposittoria)
3. Melakukan pemeriksaan daerah anus
Dilakukan:
1. Pada pasien untuk pemeriksaan rectum
2.
Pada
pasien untuk pemberian obat-obatan melalui anus
Cara yang ergonomis:
1.
Cuci tangan
2.
Lakukan persiapan seperti yang diuraikan
di atas
3.
Tempatkan kepala datar di tempat tidur
4.
Tempatkan pasien dalam psisi terlentang
5.
Posisikan pasien dalam posisi miring
yang sebagian pada abdomen
6.
Tempatkan bantal kecil di bawah kepala
7.
Tempatkan bantal di bawah lengan atas
yang difleksikan, yang menyokong lengan setinggi bahu. Sokong lengan lain di
atas tempat tidur.
8.
Tempatkan bantal di bawah tungkai atas
yang difleksikan yang menyokong tungkai setinggi panggul.
9.
Tempatkan bantal pasien dengan permukaan
plantar kaki.
10.
Turunkan tempat tidur
11.
Observasi posisi kesejajaran tubuh,
tingkat Kenyamanan, dan titik potensi tekanan.
12.
Cuci
tangan setelah prosedur dilakukan
13.
Catat
prosedur termasuk posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
Figure 1-6. Sim's position
2.3 Posisi Trendelenburg
Posisi ini menempatkan
pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.
Tujuan
1.
Melancarkan peredaran darah ke otak
2.
Memudahkan
jalannya pembedahan pada bagian perut
Dilakukan:
1. Pada pasien shock.
2.
Pada
pasien dengan pemasangan skin traksi pada kaki
3. Pada pasien pendarahan vagina
Perhatian :
1. Tempat tidur jangan sampai bergerak
Alat
dan bahan
1.
Bantal
2.
Tempat tidur khusus
3.
Balok penopang kaki tempat tidur
(opsional)
Cara yang ergonomis
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.
Cuci tangan
3.
Pasien dalam keadaan berbaring telentang
4.
Tempatkan bantal diantara kepala dan
ujung tempat tidur pasien
5.
Tempatkan bantal di bawah lipatan lutut
6.
Tempatkan balok penopang di bagian kaki
tempat tidur
7.
Atau atur tempat tidur khusus dengan
meninggikan bagian kaki pasien
8.
Cuci tangan
TRENDELENBURG’S POSITION
2.4 Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien
di tempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat
tidur.
Tujuan
1.
Perawatan daerah genitalia
2.
Pemeriksaan genitalia
3.
Posisi pada proses persalinan
4.
Untuk
kenyamanan, relaksasi
5.
Pemeriksaan
abdomen
6.
Kontra
indikasi jika masalah ada
Dilakukan:
1. Pada ibu hamil untuk pemeriksaan
2.
Pada
ibu hamil yang akan bersalin
3. Pada waktu melakukan vulva higiene,
Perhatian:
1. Keadaan umum pasien
2. Jangan sampai melelahkan pasien
Alat
dan bahan
1.
Bantal
2.
Tempat tidur khusus
3.
Selimut
Cara yang ergonomis:
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.
Cuci tangan
3.
Pasien dalam keadaan berbaring(telentang)
4.
Pakaian bawah dibuka
5.
Tekuk lutut dan direnggangkan
6.
Pasang selimut untuk menutupi area
genitalia
7.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Figure 1-2. Dorsal recumbent position
2.5 Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien
ditempatkan pada posisi telentang dengan menangkat kedua kaki dan ditarik ke
atas abdomen, tungkai bawah
membuat sudut 900 terhadap paha
Tujuan
1.
Pemeriksaan alat genitalia
2.
Proses persalinan
3.
Pemasangan alat kontrasepsi
Dilakukan:
1. Pada pasien dengan tindakan ginekologi
2. Pada pasien untuk pemeriksaan kandung kemih
Alat
dan bahan
1.
Sarung bantal
2.
Tempat tidur khusus
3.
Selimut/kain penutup
Cara yang ergonomis
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.
Cuci tangan
3.
Pasien dalam keadaan berbaring(telentang)
4.
Angkat kedua paha dan taarik keatas
abdomen
5.
Tungkai bawah membentuk sudut 90
terhadap bahan
6.
Letakkan bagian lutut/kaki pada
penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
7.
Pasang selimut
8.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
LITHOTOMI’S POSITION
Figure 1-4. Dorsal lithotomy
position
2.6 Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)
Pada posisi genu pektoral
pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas
tempat tidur.Hal yang perlu diperhatikan
adalah jangan biarkan pasien tersebut sendiri karena kemungkinan bisa pusing
dan jatuh.
Tujuan
1.
Pemeriksaan rectum dan sigmoid
2.
Untuk
membantu merubah letak kepala, pada pasien hamil sungsang
Alat
dan bahan
1.
Tempat tidur
2.
Selimut
Cara yang ergonomis
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.
Cuci tangan
3.
Minta pasien untuk mengambil posisi
menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur
4.
Pasang selimut untuk menutupi daerah
perineal pasien
5.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
KNEE-CHEST’S
POSITION
KESIMPULAN
1.
Kemampuan
untuk merubah posisi tubuh penting untuk mempertahankan bentuk tubuh yang
normal, sehingga tidak terjadi postur tubuh yang buruk yang dapt menimbulkan
masalah.
2.
Dalam
penentuan posisi berbaring yang benar, harus diperhatikan bagaimana mekanika
tubuh yang benar dan ergonomis supaya pasien mendapatkan kenyamanan dan
relaksasi yang baik selain itu, mencegah terjadinya kerusakan sirkulasi dan
suplai syaraf akibat periode lama pada satu posisi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Allimul Hidayat, Aziz & Ulliyah, Musrifatul.2004.Kebutuhan Dasar Manusia.EGC:Jakarta
Attrea, Moira & Merchant, Jane.1993.Belajar Merawat di Bangsal Bedah.Alih
bahasa Maria A. Wijaya Rini.EGC:Jakarta
No comments:
Post a Comment