“Kau suka model tempat tidur yang mana? Kurasa yang warna
coklat itu bagus.”
Tak bosan Puan memandangi gambar berbagai pilihan tempat tidur untuk isi kamar mereka
nanti, seharian tadi hanya itu saja yang dibahasnya. Namun matanya masih terpaku
pada ukiran tempat tidur berwarna cream.
“Boleh yang ini saja?”
“Haha.. aku tau kau akan pilih yang itu, baiklah, kau saja yang memutuskan”,
Tuan mengusap rambut ikal Puan, jatuh semampai ke bahu, ah dia memang manis
sekali.
“Jadi kita ambil yang ini saja? Uang kita cukupkah?”
“Tentu saja cukup, tabungan ini sudah lama kusimpan untuk mempersiapkan hari ini.
Hari dimana kita akan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan orang yang akan
menikah pada umumnya.”
Tuan memandang Puan tersenyum, manis sekali, di dalam cermin. Dialog yang
indah.
.
“Pak, pak? Cerminnya mau diambil juga?”, seorang wanita tinggi semampai
dengan rambut merah menyala menyapa Tuan, buru-buru Tuan berbalik arah
kepadanya.
“Tidak, calon ku ini mau ambil tempat tidur yang itu, yang seperti di gambar
ini. Ukiran cream yang terlihat lux”, jawab Tuan seadanya.
Wanita itu kembali menatap Tuan lekat, “Calon bapak?”, dia bingung, “Maksudnya
bapak? Bapak yang mau membeli tempat tidur cream itu?”
“Bukan saya, tetapi calon saya ini, penjelasan saya kurang jelas ya?”
Lalu Tuan melihat wanita SPG itu pergi, melayani tamu yang lain dan membiarkan
Tuan dilayani oleh Bapak security dengan wajah sangar yang segera menggiring Tuan
keluar.
“Hmm.. akhir-akhir ini memang banyak org gila karena tidak jadi menikah”,
gerutu seorang wanita, sepertinya dia seorang SPG juga, teman si wanita
berambut merah.
Tuan meronta sembari ditarik oleh Bapak security yang bergiat mencengkram
jemarinya di lengan baju Tuan, menyeretnya pergi dari etalase toko. Tuan
melihat Puan bersedih, tak bisa ia menahan tangis, bahkan untuk membelikan
tempat tidur indah pun ia tak mampu. Puan menangis di dalam cermin, cermin di
etalase toko yang indah, yang juga tak mampu ia beli.
No comments:
Post a Comment