Thursday 10 May 2018

Namanya Tita



Sore itu suaminya pulang lebih awal, tidak biasanya. Nia memandang lelaki yang telah menikahinya selama 5 tahun itu lamat-lamat dari balik dapur. Lelaki yang dipandangi pun tidak merasa, malah sibuk dengan bungkus di tangannya. Penasaran, perlahan Nia menghampiri suaminya.

“Kamu cape?”, Nia mengusap lembut bahu suaminya.

“Eh, kamu.. Haha.. Gak sih”,  Lelaki itu jadi salah tingkah, barangkali terkejut dengan usapan Nia yang mendadak.

“Lalu?”, Nia pun bingung. Ia memandangi bungkus yang sedari tadi dipandangi suaminya.

“Eh, ini, buat kamu”, Lantas lelaki menyodorkan bungkus yang sedari tadi membuatnya gelisah kepada Nia.

“Wah, indah sekali”, ucap Nia dengan sumringah. Gerbera Aster pink itu dengan segera mencerahkan hatinya. “Bunga yang indah”, pujinya bahagia.

“Iya, buat kamu”, lelaki itu mengulum senyum, diletakkannya jemari dengan perlahan sambil membelai perut istrinya, “Katanya kalo ibunya senang, maka bayi yang di dalam juga akan senang”, candanya. 

“Aku mandi dulu ya, gerah nih.”, Tutup lelaki itu dan berlalu.

Nia masih aja berdiri di ruang tamu. Lamat-lamat dipandanginya tulisan kecil di sudut bungkus bunga. Hatinya cukup mencelos. Ia pun tersenyum. Dikulum.

***

“Kamu gak makan? Kan kamu cape. Jalanan macet lho. Pasti kamu belum ada makan seharian. Ayo dimakan dulu”, Nia terus memburu suaminya dengan kalimat-kalimat yang tak sempat dijawab lelaki itu.

“Belum lapar”, jawab lelaki singkat. Ia tampak bingung. Handphone-nya terus berdering. Nomor yang sama selalu meneleponnya akhir-akhir ini. “Sebentar ya”, ucap lelaki pada istrinya.

“On call lagi?”, ucap Nia kesal.

“Gak lama kok, mungkin 1 jam aku balik ya?”, lelaki berlalu dan Nia diam terpaku. Belum sempat menjawab, “Baik, akan kutunggu”.

 ***

Lelaki itu melamun, dipandanginya wajah istrinya yang tertidur. Sedikit saja ia merasa bersalah telah membuat istrinya ketiduran menunggu.
Telepon pun berdering lagi. Ia mengangkat panggilan itu. Terdengar desahan wanita di ujung pesawat telepon yang melarutkannya dalam bahagia.
Malam pun sudah terlalu larut untuk membangunkan istrinya. Ah, untuk apa.

***

“Makannya kok tidak abis? Terlalu pedas ya?”, Lelaki bertanya.

“Iya nih, sampai nangis”, istrinya tersenyum.

“Iya deh, besok-besok kita tidak usah beli di warung itu lagi ya”,  lelaki tersenyum.

Istrinya terus menyuapi nasi tiada henti. Hambar. Pedas pun tak tau lagi bagaimana membedakannya. Mungkin sudah lupa. Sebab rasa sakit dihatinya lebih dari rasa pedas di mulutnya. Terus ia suapi nasi di piring dan memakannya dengan lahap. Air mata ia biarkan tumpah. “Mungkin ini rasa pedas”, pikirnya.

Ia terbayang pada satu nama yang sama. Yang belakangan kerap dihubungi suaminya. Wanita pecinta Gerbera Aster yang sempat dipujinya. Ah, beginilah nasib jadi istri kedua. Dan sekarang suaminya siap beristri tiga.Tita namanya.
Sialan.

No comments:

Post a Comment