Tuesday 31 July 2018

Tamu Malam



"Tok..Tok...!!"

Suara dari arah pintu membuyarkan lamunan Siti yang sedari tadi asyik mengaduk kuah sotonya di dapur. Derap langkah kecil Siti pun mendekati arah suara ketukan pintu.

"Tok..Tok...!!"

"Iyaa..! sebentar", sahut Siti segera bergegas berlari ke arah pintu.

Setelah daun pintu dibuka, ia terkejut bukan kepalang, suaminya berdiri dengan senyum getir tepat didepannya.

"Loh, Mas, bukannya tadi pergi ke pesta Midun?", tanyanya keheranan.

Suaminya langsung nyelonong masuk ke dalam rumah, tanpa menjawab sepatah kata pun dari pertanyaan Siti mengenai kepulangannya yang tiba-tiba.

"Capek ya?", Siti kembali mencecar suaminya dengan berbagai pertanyaan, "Kok kamu cepetan Mas pulangnya? Baru juga pergi. Ada masalah ya?".

Tunip, suaminya, langsung ke dapur dan minum, sekilas dilihatnya soto di dapur yang sudah mendidih, harumnya menyeruak ke liang hidungnya, segera ia mengambil piring dan menaruh nasi sebanyak mungkin, dan dengan cepat tangannya mengaduk soto ke piring nasinya. Nikmat.

"Loh, loh, pulang-pulang dari pesta kok malah makan lagi, kamu tadi disana gak makan ya Mas?", Siti kembali bertanya.

Tunip hanya diam saja. Tampak penat di wajahnya. Makannya begitu cepat, rasa-rasanya sesuap nasi dimulutnya sama dengan satu centong nasi.

Siti hanya duduk manis di seberang meja suaminya, dengan penuh cinta ia memperhatikan suaminya yang makan dengan lahap. Lelah sekali Mas Tunip, pikirnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, Tunip pun sudah beranjak dari dapur ke kamar. Setelan kemejanya sudah ia tanggalkan dan bersiap untuk tidur. Tak biasanya ia tidur cepat selepas makan. Sebatang rokok pun tak sempat dihisap. Siti pun bergegas membersihkan dapur, piring masak-masakan pun tak sempat ia bersihkan. Ia segera mengambil minyak zaitun dari lemari dan siap memijit punggung suaminya. Rutinitas malam.

Tangan lembut Siti dengan cekatan mengusap punggung suaminya dengan lihai, terutama daerah leher dan bahu yang sering pegal, profesi Tunip sebagai tukang angkut sawit tentu menuntut bahu-bahunya untuk bekerja lebih keras. Namun jemari Siti selalu tahu cara mengurangi beban penat di bahu suaminya. Ah, Siti..

Tak lama tangan kasar Tunip terasa menyentuh paha Siti, menyelinap ke dalam baju roknya. Dan dengan cepat bergerak ke bagian intim Siti. Kasar. Siti melenguhsesekali. Lalu kurang dari hitungan menit, mereka sudah di posisi mantap. Satu dua kali terdengar desahan dari keduanya. Ketika pergulatan selesai, Tunip pun tertidur pulas. Dan disaat yang sama terdengar ketukan pintu.

Siti yang tengah terbaring, tak mendengar suara ketukan pintu yang tersamarkan dengan suara hujan yang deras di luar rumah. Saat ketukan di pintu semakin kencang, Siti pun tersentak. Segera ia berpakaian dan berlari ke arah pintu. Jam sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB, siapa yang bertamu di tengah malam, pikirnya.

Ketika pintu terbuka, Siti terkejut bukan kepalang. Suaminya, Mas Tunip berdiri basah kuyup di depan pintu.
"Kamu ngapain saja sih? Buka pintu kok lama betul", hardik suaminya yang sedari tadi sudah kedinginan ditiup angin malam dan hujan.
Mas Tunip langsung nyelonong masuk ke rumah, menuju dapur untuk mengeringkan rambutnya dan membuka baju yang sudah basah kuyup.

Siti masih berdiri terpaku di pintu, nyeri di antara pahanya masih terasa, kepalanya seketika pusing, Siti tak bisa percaya, siapa yang tadi bergumul di ranjang dengannya?

No comments:

Post a Comment