Dilangkahkannya kakinya perlahan. Sesekali dimainkannya rok
bunga pink kuning cerah yang dikenakannya. Cuaca hari ini cerah, secerah hati
Lina. Meskipun tidak lelah, ia tetap mengistirahatkan badannya di bangku
pinggir jalan di taman Braga. Lina tak henti-hentinya mengucap syukur akan
kelahiran anaknya 3 bulan lagi. Yah, masih lama sih, tapi buncahan hatinya
sudah tak terbendung lagi.
Saat sedang memejam mata, Lina tertidur. Ia tersentak saat terdengar getaran
dan suara ponsel dari tas sandangnya. Segera ia mengangkat telefon dari
suaminya.
“Kamu dari mana saja sayang?”, suaminya bertanya dengan suara resah.
“Maaf Mas, Aku ketiduran di bangku taman kota”, jawab Lina pasrah.
“Daerah mana?
“Braga, Mas.”
“Oh, dekat. Iya deh, aku tunggu di rumah, hati-hati ya sayang.”
Lina segera beranjak dari kursinya. Tiba-tiba ia tersentak dan berhenti. Ia
elus perutnya.
“Hufft… gerakanku terlalu cepat, untung dedek di dalam tak terkejut”, batinnya.
Dengan santai ia kembali melangkahkan kakinya, pulang ke rumah. Langit senja
tampak merona jingga kehitaman, tanda hari mulai gelap.
Di persimpangan jalan, Lina berpapasan dengan seorang nenek
renta berwajah masam. Saat bertemu tatap dalam jarak yang terbilang dekat,
nenek tua itu berhenti dan menoleh ke perut Lina yang tampak membuncit dari rok
pink kuning bunga-bunganya.
“Hamil?”, tanya si Nenek.
“Iya nih, Nek”, jawab Lina kaku.
“Berapa bulan?”, tanya si Nenek lagi.
“Alhamdulillah 25 minggu, Nek”, jawabnya sumringah.
“Oh”, balas si Nenek datar. “Pulanglah, sudah magrib”, jawab si nenek sambil
berlalu sembari memegang perut Lina. Agak ditekan. Sakit.
Lina memandangi si Nenek hingga hilang di persimpangan. “Aneh sekali”,
pikirnya.
Ia kembali mengelus perutnya dan berjalan pulang perlahan.
ooOOOoo
Pagi itu Lina malas bangun terlalu subuh. Sengaja ia balikkan tubuhnya ke kanan
sebentar, lalu kembali tidur lagi. Ia mengintip dari balik selimut dan melihat
suaminya tidak ada di sampingnya. Tempat tidur bagiannya masih rapi.
“Hmm.. Belum pulang juga”, batinnya.
ooOOOoo
Lina berlari perlahan menutup jendela dapur rumahnya. Hujan deras mengguyur
kota Bandung. Halaman rumah sudah dibanjiri hujan. Lina menunggu dengan resah
di dapur. Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Ia begitu sumringah melihat
suaminya pulang. Buru-buru ia mengambil handuk di westafel dan membantu
mengeringkan badan Mas Gardi.
“Capek Mas?”, tanya Lina lembut sembari mengusap rambut suaminya yang basah.
“Tadi sih iya, sekarang gak lagi, ‘kan uda liat kamu”
Lina tersenyum kecil sambil mendorong bahu suaminya. “Ah, Mas ini bisa aja deh.
Kamu mau mandi? Aku panasin air ya?”.
“Gak usah, aku cuma sebentar, ini pulang cuma mau ganti sepatu lho sayang”.
Lina diam tertegun, “Oh.”
ooOOoo
Malam ini Lina pun tidur sendiri, sudah berapa malam sejak 3 bulan terakhir
suaminya jarang tidur di rumah. “Mungkin sibuk di kerjaan”, pikirnya.
Sesekali ia elus perutnya yang terasa sedikit nyeri. Lina mengatur napas
perlahan yang terasa sesak. Air matanya mengalir, tak terasa bantalnya pun
sudah basah.
Hari sudah pagi, Lina terbangun dengan mata sembab, sinar matahari dari celah
gorden menusuk-nusuk matanya. Lina tersentak ketika dilihatnya pukul sudah
menunjukkan jam 10 pagi. Segera ia tarik selimut dari badannya dan bergegas.
“Aaaaaaaarghhhhh!!!!!”, betapa Lina terkejut bukan kepalang ketika melihat
perut buncitnya telah hilang!
Apa yang terjadi? Mimpikah?
Berkali-kali ia meraba perutnya tetapi nihil.
Dengan bodohnya Lina mengobrak-abrik selimut, kasur, bantal dan
menjenguk kolong tempat tidur seakan mencari benda yang hilang.
Perutnya rata. Kandungannya hilang.
ooOOoo
Mas Gardi terbangun dengan sentakan pukulan di bahunya.
“Ih bangun! Istri kamu nih nelpon-nelpon! Berisik amat sih!”
“Siapa sih, ‘kan kamu yang istri aku”, desah Mas Gardi yang masih mengantuk. Ia
ambil hp nya dan segera ia matikan ponselnya. Telepon dari Lina pun seketika
terputus.
“Kamu ih, nyebelin deh!”
“Apalagi sih sayang”, rayu Mas Gardi mesra sembari melingkarkan lengannya di
perut Juma, dielusnya perut buncit Juma, “Tuh, langsung 6 bulan ‘kan?”
Juma tersenyum, dan balik memeluk suami yang sudah dinikahinya 5 tahun itu.
No comments:
Post a Comment